Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam.
Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan andalan penghasil pendapatan asli daerah (PAD) Wonogiri. Apalagi jika ditilik dari letak geografis, maka wilayah Slogohimo menjadi daerah persimpangan yang cukup ramai. Jika ke timur, akan menuju wilayah Kecamatan Purwantoro yang menjadi daerah perbatasan dengan wilayah Jawa Timur, sementara jika ke selatan akan menembus wilayah Jawa Timur pula.
Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.
Namun jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin.
Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik.
Camat Slogohimo, Soemarjo, mengatakan kekayaan alam pegunungan menjadi salah satu andalan daerah Slogohimo. Bahkan, Pemkab Wonogiri juga menaruh harapan besar dari daerah pegunungan Girimanik.
Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah.
Di pegunungan Girimanik juga terdapat wisata spiritual, sehingga di wilayah Wonogiri wisata spiritual bisa dijumpai di Kecamatan Tirtomoyo, Paranggupito dan Slogohimo. “Girimanik menyimpan potensi pariwisata yang bisa menjadi andalan Kabupaten Wonogiri untuk pemasukan PAD,” jelasnya.
Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. “Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.”
Setiap tahun, di Setren dilangsungkan upacara adat susuk wangan, yakni upacara syukur dari warga Setren atas hasil bumi yang diraih. Saat upacara susuk wangan itu, pengunjung wisata bisa melihat ratusan ayam panggang yang dipersembahkan oleh para petani kepada Sang Khalik.
“Pemkab Wonogiri telah membangun jalan sepanjang 12 km, namun saat ini terkendala nota kesepahaman atau MoU antara perum Perhutani dengan Pemkab Wonogiri,” urainya.
Setiap liburan, pengunjung wisata Girimanik sudah cukup banyak. “Sementara pengelolaan ditangani pihak desa, sehingga pemasukan yang ada untuk kas desa.”
Selain itu, hutan Donoloyo yang ditumbuhi pohon jati ukuran besar menjadi salah satu potensi yang dikembangkan oleh Kecamatan Slogohimo. “Hutan tersebut merupakan petilasan zaman Kerajaan Majapahit dan setiap Kamis malam dipadati pengunjung. Bahkan saka (tiang) bangunan Keraton Solo berasal dari kayu jati Donoloyo.”
Wilayah Kecamatan Slogohimo dikenal oleh masyarakat sebagai penghasil buah durian. Durian dari Slogohimo sering dikirim ke Jakarta atau kota-kota besar lain. Terlebih buah durian dari Slogohimo memiliki kekhasan, yakni enak.
Buah durian sangat potensial dan cocok dikembangkan di wilayah Slogohimo.”Utamanya di daerah utara, masyarakat sangat banyak menanam pohon durian. Pohon durian berkembang di empat desa dengan tidak kurang 10.000-an batang ditanam oleh masyarakat,” jelasnya.
Empat desa sentral durian adalah Desa Slogohimo, Sedaya, Gunan, dan Sokoboyo. Untuk menunjang agrobisnis, di Desa Setren juga akan dikembangkan tanaman durian. Dinas Pertanian Wonogiri telah memberikan bantuan sebanyak 400 batang bibit durian untuk dikembangkan di Setren. Selain itu, guna menunjang wisata alam dan wisata agrobisnis, masyarakat juga mulai menanam dan mengembangkan tanaman stroberi dan nilam (dilem).
Tanaman stroberi, saat ini dikembangkan oleh anggota Kelompok Tani Girimanik. ”Lahan di Girimanik memang sejuk sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman stroberi. Sebanyak 400 batang telah dikelola Kelomtan Girimanik dengan luas lahan satu hektare. Tanaman itu dikembangkan dan dikelola oleh 10 kepala keluarga.”
Yang cukup menggembirakan justru tanaman nilam atau dilem. Tanaman untuk bahan kosmetik ini cukup produktif dan mampu membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanaman nilam sementara ini dikembangkan di empat desa dengan rata-rata pohon sebanyak 5.000 hingga 10.000 batang.
Di Desa Made dan Soco dikembangkan masing-masing 10.000 batang di lahan seluas satu hektare. Desa Klunggen mengembangkan 5.000 batang di lahan setengah hektare dan Desa Bulusari mengembangkan 11.000 batang di lahan seluas 1,1 ha. Prosesnya, tanaman yang sudah dewasa dikeringkan dan disuling. Hasil penyulingan tahun ini dihasilkan 8 kuintal bahan atau 23 kg minyak. Harga per 1 kg minyak nilam antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000. ”Untuk pemasaran tidak kesulitan, sebab saat panen sudah ada yang menunggu. Inovasi-inovasi masyarakat itu ternyata mampu menanggulangi angka pengangguran dan kemiskinan. Dan untuk tanaman Nilam memang sangat menjanjikan.”
Selain di bidang agrobisnis, masyarakat Slogohimo juga berkecimpung dalam home industry. Di antara home industry yang sudah berkembang dan menyerap tenaga kerja adalah rotan dan jamu instan.
Untuk kerajinan rotan, pemasaran hasilnya bisa ke berbagai negara karena sistem yang dilakukan oleh pengrajin adalah menyelesaikan pesanan. Kerajinan rotan ini dikembangkan oleh 20 KK dan menjadi penghasilan oleh masyarakat Desa Tunggur. Sementara untuk kerajinan jamu instan dikembangkan di Desa Slogohimo. ”Bahan yang dimanfaatkan pengrajin dari empon-empon baik itu kunir, jahe, temulawak dan mahkota dewa. Jamu instan ini selalu ikut pameran dan sudah dijajakan di seluruh wilayah Wonogiri.”
Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.
Namun jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin.
Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik.
Camat Slogohimo, Soemarjo, mengatakan kekayaan alam pegunungan menjadi salah satu andalan daerah Slogohimo. Bahkan, Pemkab Wonogiri juga menaruh harapan besar dari daerah pegunungan Girimanik.
Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah.
Di pegunungan Girimanik juga terdapat wisata spiritual, sehingga di wilayah Wonogiri wisata spiritual bisa dijumpai di Kecamatan Tirtomoyo, Paranggupito dan Slogohimo. “Girimanik menyimpan potensi pariwisata yang bisa menjadi andalan Kabupaten Wonogiri untuk pemasukan PAD,” jelasnya.
Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. “Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.”
Setiap tahun, di Setren dilangsungkan upacara adat susuk wangan, yakni upacara syukur dari warga Setren atas hasil bumi yang diraih. Saat upacara susuk wangan itu, pengunjung wisata bisa melihat ratusan ayam panggang yang dipersembahkan oleh para petani kepada Sang Khalik.
“Pemkab Wonogiri telah membangun jalan sepanjang 12 km, namun saat ini terkendala nota kesepahaman atau MoU antara perum Perhutani dengan Pemkab Wonogiri,” urainya.
Setiap liburan, pengunjung wisata Girimanik sudah cukup banyak. “Sementara pengelolaan ditangani pihak desa, sehingga pemasukan yang ada untuk kas desa.”
Selain itu, hutan Donoloyo yang ditumbuhi pohon jati ukuran besar menjadi salah satu potensi yang dikembangkan oleh Kecamatan Slogohimo. “Hutan tersebut merupakan petilasan zaman Kerajaan Majapahit dan setiap Kamis malam dipadati pengunjung. Bahkan saka (tiang) bangunan Keraton Solo berasal dari kayu jati Donoloyo.”
Wilayah Kecamatan Slogohimo dikenal oleh masyarakat sebagai penghasil buah durian. Durian dari Slogohimo sering dikirim ke Jakarta atau kota-kota besar lain. Terlebih buah durian dari Slogohimo memiliki kekhasan, yakni enak.
Buah durian sangat potensial dan cocok dikembangkan di wilayah Slogohimo.”Utamanya di daerah utara, masyarakat sangat banyak menanam pohon durian. Pohon durian berkembang di empat desa dengan tidak kurang 10.000-an batang ditanam oleh masyarakat,” jelasnya.
Empat desa sentral durian adalah Desa Slogohimo, Sedaya, Gunan, dan Sokoboyo. Untuk menunjang agrobisnis, di Desa Setren juga akan dikembangkan tanaman durian. Dinas Pertanian Wonogiri telah memberikan bantuan sebanyak 400 batang bibit durian untuk dikembangkan di Setren. Selain itu, guna menunjang wisata alam dan wisata agrobisnis, masyarakat juga mulai menanam dan mengembangkan tanaman stroberi dan nilam (dilem).
Tanaman stroberi, saat ini dikembangkan oleh anggota Kelompok Tani Girimanik. ”Lahan di Girimanik memang sejuk sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman stroberi. Sebanyak 400 batang telah dikelola Kelomtan Girimanik dengan luas lahan satu hektare. Tanaman itu dikembangkan dan dikelola oleh 10 kepala keluarga.”
Yang cukup menggembirakan justru tanaman nilam atau dilem. Tanaman untuk bahan kosmetik ini cukup produktif dan mampu membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanaman nilam sementara ini dikembangkan di empat desa dengan rata-rata pohon sebanyak 5.000 hingga 10.000 batang.
Di Desa Made dan Soco dikembangkan masing-masing 10.000 batang di lahan seluas satu hektare. Desa Klunggen mengembangkan 5.000 batang di lahan setengah hektare dan Desa Bulusari mengembangkan 11.000 batang di lahan seluas 1,1 ha. Prosesnya, tanaman yang sudah dewasa dikeringkan dan disuling. Hasil penyulingan tahun ini dihasilkan 8 kuintal bahan atau 23 kg minyak. Harga per 1 kg minyak nilam antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000. ”Untuk pemasaran tidak kesulitan, sebab saat panen sudah ada yang menunggu. Inovasi-inovasi masyarakat itu ternyata mampu menanggulangi angka pengangguran dan kemiskinan. Dan untuk tanaman Nilam memang sangat menjanjikan.”
Selain di bidang agrobisnis, masyarakat Slogohimo juga berkecimpung dalam home industry. Di antara home industry yang sudah berkembang dan menyerap tenaga kerja adalah rotan dan jamu instan.
Untuk kerajinan rotan, pemasaran hasilnya bisa ke berbagai negara karena sistem yang dilakukan oleh pengrajin adalah menyelesaikan pesanan. Kerajinan rotan ini dikembangkan oleh 20 KK dan menjadi penghasilan oleh masyarakat Desa Tunggur. Sementara untuk kerajinan jamu instan dikembangkan di Desa Slogohimo. ”Bahan yang dimanfaatkan pengrajin dari empon-empon baik itu kunir, jahe, temulawak dan mahkota dewa. Jamu instan ini selalu ikut pameran dan sudah dijajakan di seluruh wilayah Wonogiri.”
Data Kecamatan Slogohimo
Batas wilayah:
Barat : Jatisrono
Timur : Purwantoro
Utara : Karanganyar dan Jatipurno
Selatan : Kismantoro dan Jatiroto.
Camat : Soemarjo
Luas : 6.414,7955 hektare
Jumlah desa/kelurahan : 15 Desa, 2 Kelurahan
Jumlah penduduk : 53.896 orang
Jumlah KK : 13.895 KK
Jumlah laki-laki : 27.131 orang
Jumlah perempuan : 26.765 orang
Sumber: Kecamatan Slogohimo.
Luas panen rata-rata produksi tanaman pertanian
No. Jenis tanaman luas panen (ha) Produksi (kuintal)
1. Padi sawah 2.932 ha, Produksi 160.234 kw
2. Jagung 2.865 ha, Produksi 161.643 kw
3. Ubi kayu 1.540 ha, Produksi 278.817 kw
4. Kacang tanah 2.765 ha, Produksi 162.444 kw
5. Kedelai 972 ha, Produksi 164.462 kw
6. Ketela rambat 13 ha, Produksi 1.741 kw
Tanaman yang produktif dan produksi buah-buahan
No. Jenis buah jumlah tanaman produksi (kuintal)
1. Alpukat 1.370 Batang, 964 produktif dan Produksi 578 kw
2. Mangga 20.307 Batang, 20.307 Produktif, Produksi 14.895 kw
3. Rambutan 3.364 Batang, 1.260 Produktif, Produksi 567 kw
4. Sirsak 3.546 Batang, 964 Produktif, Produksi 212 kw
5. Durian 11.134 Batang, 9.785 Produktif, Produksi 9.296 kw
6. Melinjo 36.435 Batang, 20.126 Produktif, Produksi 3.623 kw
7. Jambu biji 1.617 produksi 404 kw
8. Sawo 792 Pohon, Produktif 450, Produksi 180 kw
9. Pepaya 2.3034 Pohon, Produktif 1.126, Produksi 450 kw
10. Pisang 22.212 Pohon, Produktif 14.250, Produksi 5.700 kw
Sumber: Wonogiri dalam Angka.Tahun 2006
Sumber: http://www.wonogirikab.go.id/